Daftar Blog Inspirasi

Buku sekaligus Undangan karya kami

bahwa Dia adalah Cinta

Whiji Thukul,Tan Malaka,Marsina dan Munir

Mereka Tidak Mati:Kami Berlipat Ganda,Ide Kami Bergerilya

Laskar Buku

Berkhidmat untuk menyenangkan Hati Rasulullah SAW

Menyatu dengan Semesta

Dan Ketika Kerinduan Membawa Sepasang Kekasih Untuk Bersatu.

Membaca Bikin hIdup Lebih Bermakna

4500 Judul buku berbagai genre siap dibaca dan dipinjam gratis.

Sabtu, 28 Mei 2016

Tali Pernikahan

Sepasang burung yang berkicau yang saling memadu kasih adalah pemandangan yang saya sukai apalagi ketika ia bertengger dipohon yang rimbun. Pemandangan ini menunjukkan bahwa jangankan manusia, binatang dan tumbuhan pun memiliki naluri untuk bereksistensi. Sangat patut disyukuri Pemilik Cinta menganugerahkan cinta kepada makhluknya.Karena cinta dan demi cinta langit dan bumi diciptakan dan atas dasarnya makhluk diwujudkan.

Demi Cinta seluruh planet beredar dan dengannya pula gerak mencapai tujuannya. Dengan Cinta semua jiwa meraih harapannya serta terbebaskan dari segala yang meresahkannya.

Saudaraku, sudah beberapa hari proses sakral (akad nikah) dan peristiwa bersejarah kalian hadapi. Manusia dan  semesta raya yang diwujudkan karena cinta telah bertasbih dan menjadi saksi prosesi sakral tersebut. Dan biasanya sesuatu yang sakral  terdapat berkah. Dalam tradisi di kampung kita keberkahan itulah yang memantik orang untuk berdatangan. Baik bagi orang yang merasakan kesepian yang tak berujung (dalam istilah budaya populer disebut  Jomblo), maupun bagi orang yang telah memiliki pendamping untuk mengarungi derasnya gelombang kehidupan .

Sebelum menikah, saya rajin mengikuti acara sakral-akad nikah. Untuk apa? Tentu saja untuk mendapatkan berkah dan do’a dari majelis tersebut. Tempat-tempat seperti itulah yang dapat membantu mengangkat  do’a-do’a  saya. Setelah menikah, saya pun berusaha untuk hadir. Untuk apa? untuk memperoleh pengetahuan dari ceramah-ceramah pernikahan, selain itu, juga sebagai alat kontemplasi bahtera rumah tangga saya atau proses pengingatan kembali–bukan konsep plato–bahwa saya pernah berjanji untuk mengikrarkan hidup saya secara totalitas kepada seorang perempuan. Karena saya tahu tantangan dan derasnya gelombang godaan di dunia yang semu nan sesak ini semakin gila, makanya saya membutuhkan amunisi dan do’a menghadapi  kegilaan tersebut.

Saudara-saudaraku….
Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan. Pertama, perbedaan cinta sebelum dan sesudah pernikahan. Sebelum pernikahan biasanya sang pasangan masih tertutup, ragu-ragu membuka hal yang sangat pribadi sehingga yang muncul hanyalah kepura-puraan. Ada juga pasangan, alasan takut ditinggalkan, kebanyakan menunjukkan kepribadian yang baik-baik saja, atau berusaha berbuat baik di mata  kekasihnya, padahal sejatinya tidak demikian. Makanya cinta sebelum pernikahan itu disebut juga cinta imitasi, KW alias palsu. Berbeda setelah pernikahan, semuanya terbuka, dalam istilah Al-Quran disebut afdha atau keterbukaan angkasa raya. Tidak ada lagi yang ditutupi, semua kelemahan kedua pihak terbuka dan di sinilah terjadi kesadaran totalitas. Cinta sebelum pernikahan tidak jarang hanya berbentuk emosi tanpa kesadaran, karena itu sangat rawan putus. Berbeda dengan pernikahan, ia akan melewati akad yang secara maknawi ialah ikatan baik secara lahir maupun batin. Dalam istilah Al-Qur’an disebut mitsaqan ghaliza atau ikatan yang sangat tebal/kasar, bukan berarti terikat maka tidak bebas, justru pernikahan membuat kita bebas, akan tetapi bebas yang bertanggung jawab.

Ada tiga tali temali dalam ikatan pernikahan ini, pertama, disebut sebagai mawaddah yang berarti kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Orang yang memiliki mawaddah, pintu-pintunya telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan batin yang mungkin datang dari pasangannya. Olehnya itu, tidak semua orang yang telah menikah otomatis memiliki mawaddah, tali mawaddah harus direbut bersama dengan penuh perjuangan.

Kedua, rahmah yaitu kondisi psikologis yang muncul dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan pada pasangan kita sehingga mendorong kita untuk melakukan pemberdayaan. Misalnya ketika suami  sakit, ia tidak berdaya, pada saat itulah muncul dorongan untuk merawat suami.

Temali yang terakhir adalah amanah, ia adalah segala hal yang diberikan kepada pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena adanya kepercayaan bahwa apa yang diamanatkan itu akan dipelihara dengan baik. Para orang tua merestui pernikahan karena mereka percaya bahwa anaknya akan aman dengan sang suaminya kelak. Demikian juga sebaliknya, karena bukan hanya seorang istri yang membutuhkan amanah itu.

Ketiga ikatan ini akan terpelihara jika kedua pasangan selalu mengingat Allah SWT dan melaksanakan tuntutan agama. Jika mawaddah dan rahmah telah menghiasi jiwa pasangan suami-istri dan juga terpelihara amanah yang mereka dapatkan, maka fondasi rumah tangga akan kian kukuh dan sendi-sendinya akan semakin tegar.

Jangan anda berpikir bahwa apa yang saya sampaikan ini sudah barang tentu saya miliki. Tidak! Saya juga sementara berjuang merebut ketiga “tali”, tidak tertutup kemungkinan kalian yang lebih dulu meraihnya. Tulisan ini sebenarnya lebih banyak ditujukan kepada saya, yang masih jauh dari cahaya-Nya.

Cinta sejati dan kesetiaan diukur ketika pernikahan itu ada, bahkan setelah pasangan meninggal. Menurut saya, kisah cinta kalian lebih romantis dan puitis ketimbang kisah Romeo-Juliet, atau Layla-Majnun, Zainuddin-Hayati. Jika ingin mencari panutan, ikutilah  apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW terhadap Khadijah yang terlebih dahulu meninggalkannya. Bahkan setelah meninggal pun Rasulullah SAW masih selalu mengingat dan menangisi kisahnya, inilah Puncak Cinta. Untuk istri yang ingin di kenang, seperti Nabi mengenang Khadijah, sangatlah patut untuk belajar menjadi Khadijah dalam rumah tangganya.

Kepada saudara-saudara saya yang “masih betah” menyendiri. Pesan saya, dalam memilih pasangan kurangilah kriteria-kriteria yang masih bernafaskan materi. Materi perlu tapi ia bukanlah hakikat. Ada pesan dari guru saya, “Jangan tanya akal Anda tentang wanita yang hendak anda jadikan pendamping. Pastilah akal akan menunjukkan kekurangannya dan ketika itu anda dapat mengurungkan rencana. Akan tetapi tanyailah hati. Jika ia menjawab positif walau tak bulat maka tugaskan akal mencari pembenarannya.”



1-25 Mei 2016
(Tulisan ini diperuntukkan kpd saudara2 sy yg telah "menyempurna" maupun yg segera. Terutama yg tdk sy hadiri. Maaf, jika  tak bisa mewujud di pesta kalian. Tapi bukan berarti do'a dan rasa haru bahagia tak menyelimuti kami. Bahagia selalu..kawan)


tempo.co

Perempuan begini yang dicari Lelaki Bugis.

Perempuan memang nda ada bosannya untuk di diskusikan, apalagi diskusinya pas tengah malam ditemani kopi pahit ori tanpa gula. Besar kemungkinan pembicaraannya menembus pagi. Tulisan ini merujuk pada diskusi bulanan Rumah Baca Philosophia (RBP) yang mengambil tema tentang perempuan. Pemantik diskusi sempat protes mengenai sub tema yang disodorkan–kriteria Lelaki Bugis mencari istri. Maklum, beliau masih belum menemukan perempuan yang pandai mengaktualkan kebudayaan bugis. Begitu katanya kemampuan yang harus dimiliki perempuan jika ingin menemaninya menuju Tuhan. Sumpah! Di dunia yg kian modern nan sesak sekarang, sulit mencari perempuan seperti yg ia syaratkan. Bagaikan mencari jarum ditumpukan indomi. 

Tulisan ini juga hadir sebagai bahan referensi dan refleksi saudara-saudara sesuku saya yg masih betah untuk menyendiri. Terakhir untuk meng-counter praktek LGBT, bahwa kriteria istri idaman kallolo na ogie (Lelaki Bugis), bukan lelaki, tetapi perempuan.

Kriteria perempuan idaman Lelaki Bugis 

Pertanyaan yang membuat penasaran sedari awal adalah, “Perempuan bagaimana yang disukai oleh Lelaki Bugis?”

Dari sudut pandang pengaji budaya, perempuan ideal sangatlah subjektif. Akan tetapi, pada umumnya Lelaki Bugis menginginkan perempuan yang malebbi, mungkin bisa diartikan “melebihi” (kalau saya tidak salah ya…, saya merasa kesulitan men-translate Bahasa Bugis ke Bahasa Indonesia, sama susahnya kalau saya men-translate jurnal Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, apalagi cuma modal google-translate, hee..). Malebbi dalam konteks ini lebih tepatnya diartikan sebagai perempuan anggun (bukan Anggun penyanyi Indonesia bercita rasa international itu ya).

Kriteria lain juga terkandung dalam Sastra Bugis klasik, “Nyili’ka buaja bulu’, patompang aje tedong”. Begini kira-kira artinya secara literer, “Saya melihat buaya gunung, (dan) bekas telapak kaki kerbau”. Lantas apa hubungannya buaya gunung dan bekas tapak kerbau dengan perempuan? Nah!, disinilah keunikan dan puitisnya orang Bugis–membenarkan pendakuan Christian Pelras dalam bukunya, Manusia Bugis. Mereka kerap menggunakan perumpamaan atau analogi yang membentuk satu kata dalam bahasa Bugis. Contohnya, buaya gunung adalah perumpamaan dari hewan macan, khas Bugis-nya menyebutnya macang, kata macan dalam bahasa Bugis hampir terdengar seperti kata macca, yang berarti cerdas.

Selanjutnya, kalimat jejak telapak kaki kerbau, zaman dulu, kita mungkin mudah menemukan jejak telapak kaki kerbau, yang hanya berupa pasir/tanah. Pasir dalam bahasa bugis disebut kessi’, yang bisa juga terdengar seperti kessing–bahasa Bugis kata cantik/elok. Jadi, secara keseluruhan, kalimat, “Nyili’ka buaja bulu’, patompang aje tedong”, bermakna, saya melihat perempuan cerdas nan elok. 

Selain itu, ada juga kriteria lain dari perspektif fisik. Lelaki Bugis melihat perempuan dari leher, hidung dan rambut. kriteria ini kita bisa dengar dari lirik lagu Bugis, “1.Allong Maggere’ tellu, 2. Inge’ Mabbulo-bulo, 3.WiluwaTetta’ Padai bombang silallung”. Nah, maksud dari lirik ini tidak membutuhkan langkah-langkah yang rumit seperti kalimat sebelumnya. Tetapi, sama saja saya kewalahan mangartikan dan mencari padanan kata yang tepat dalam Bahasa Indonesia. Along maggere tellu, kalau saya artikan secara bebas, berarti, leher terpotong tiga (tapi masa’ itu leher ta’potong tiga?heeeehee. Bayangkan mi itu kalo malam-malam ada perempuan jalan-jalan dengan leher terpotong tiga, horror toh?). Mungkin para handai taulan bisa membantu saya menjelaskan. Kalau saya sendiri pernah melihat perempuan yang memiliki leher maggere tellu, jadi paham maksudnya tapi susah mengartikulasikan dalam bentuk teks. Sama juga dengan kalimat Inge’ mabbulo-bulo, jika saya artikan: hidung seperti bambu-bambu yang menjulang dengan indahnya atau hidung imut2 menggemaskan . Nah, kalau kalimat ini : WiluwaTetta’ Padai bombang silallung, saya yakin betul dengan artinya, : rambut ikal seperti ombak yang berkejaran.

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan konteks sekarang dimana perempuan-perempuan sekarang sudah banyak yang memakai jilbab, cuma hidungnya saja yang bisa dilihat, itupun kalau dia tidak pakai cadar. Sekali lagi saya tekankan, ini cuma subyektifitas. Anda bisa kembali ke kriteria awal: yang penting cerdas nan elok menawan. Tergantung dari kalian kawan, apalagi zaman terus berubah, keelokan secara fisik juga selalu mengalami tranformasi untuk kepentingan para pemodal. 

Cara Menyet Lelaki Bugis

Itu dia kriteria lelaki bugis dalam memilih perempuan, setelah Anda mendapatkan calon yang memiliki kriteria tersebut. saatnya untuk menyet. Kata senior saya, perempuan itu tidak untuk didiskusikan, tapi untuk dimenyeti. Hehee betul juga ya?

Nah, Lelaki Bugis juga memiliki cara tersendiri untuk menyet. Lelaki bugis mengatakan kepada perempuan yang ia cintai dengan kalimat: Wata’ka Gellang Majjekko, anrena menre’ede, bali ulu bale. Proses menafsirkan kalimat ini sama dengan kalimat paling awal di atas, seperti main tebak-tebakan. Wata’ka gellang majjekko, secara harfiah berarti kawat dibentuk bengkok. Ayo tebak benda apa kira-kira yang terbuat dari kawat dan berbentuk bengkok? Jawabannya adalah mata pancing, dalam Bahasa Bugis disebut MENG. Anrena Menre’ ede, berarti makanan suku Mandar, konon makanan yang paling disukai suku Mandar adalah pisang, dalam bahasa bugis disebut LOKA. Bali ulu bale, berarti lawan/kebalikan dari kepala ikan, yakni ekor ikan, IKKO sebutan untuk ekor ikan dalam Bahasa Bugis. Jika disatukan, akan membentuk untaian kalimat: Meng-Loka-Ikko, berarti, saya mau sama kamu. Untuk memudahkan memahaminya.

Itu dia cara menyet lelaki bugis, cobalah dipraktekkan pasti berhasil. Kalau tidak berhasil alias ditolak , saya akan memberikan “Tareka baca-baca cewe” alias mantra2 agar perempuan tersebut simpati sama anda. Ilmu baca-baca ini saya dapatkan dari almarhum kakek saya di kampung. Ini resep yang dipakai dulu, sudah terbukti beliau memiliki banyak istri. Tapi harus ada syarat yang anda harus lakukan. Seperti; 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. Memberikan makanan kepada 100 orang anak yatim; 3. Perempuan tersebut tidak memiliki suami, pacar, dan odo’-odo’; 4. Anda harus Berilmu; 5. Berakhlak mulia; 6. Memiliki Harta (tanah,emas,uang,mobil, dll) untuk melamar dan menafkahi calon pasangan anda; dan terakhir yang ke-7. Ini syarat yang paling menentukan : anda harus Tampan. Hahaha…

Kalau kalian sudah memenuhi syarat tersebut, silahkan hubungi saya untuk mendapatkan “tareka baca-baca cewe”.. heheeeee. Semoga bermanfaat.

@Lahangnge (Pustakawan Rumah baca Philosophia)