Daftar Blog Inspirasi

Sabtu, 28 Mei 2016

Perempuan begini yang dicari Lelaki Bugis.

Perempuan memang nda ada bosannya untuk di diskusikan, apalagi diskusinya pas tengah malam ditemani kopi pahit ori tanpa gula. Besar kemungkinan pembicaraannya menembus pagi. Tulisan ini merujuk pada diskusi bulanan Rumah Baca Philosophia (RBP) yang mengambil tema tentang perempuan. Pemantik diskusi sempat protes mengenai sub tema yang disodorkan–kriteria Lelaki Bugis mencari istri. Maklum, beliau masih belum menemukan perempuan yang pandai mengaktualkan kebudayaan bugis. Begitu katanya kemampuan yang harus dimiliki perempuan jika ingin menemaninya menuju Tuhan. Sumpah! Di dunia yg kian modern nan sesak sekarang, sulit mencari perempuan seperti yg ia syaratkan. Bagaikan mencari jarum ditumpukan indomi. 

Tulisan ini juga hadir sebagai bahan referensi dan refleksi saudara-saudara sesuku saya yg masih betah untuk menyendiri. Terakhir untuk meng-counter praktek LGBT, bahwa kriteria istri idaman kallolo na ogie (Lelaki Bugis), bukan lelaki, tetapi perempuan.

Kriteria perempuan idaman Lelaki Bugis 

Pertanyaan yang membuat penasaran sedari awal adalah, “Perempuan bagaimana yang disukai oleh Lelaki Bugis?”

Dari sudut pandang pengaji budaya, perempuan ideal sangatlah subjektif. Akan tetapi, pada umumnya Lelaki Bugis menginginkan perempuan yang malebbi, mungkin bisa diartikan “melebihi” (kalau saya tidak salah ya…, saya merasa kesulitan men-translate Bahasa Bugis ke Bahasa Indonesia, sama susahnya kalau saya men-translate jurnal Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, apalagi cuma modal google-translate, hee..). Malebbi dalam konteks ini lebih tepatnya diartikan sebagai perempuan anggun (bukan Anggun penyanyi Indonesia bercita rasa international itu ya).

Kriteria lain juga terkandung dalam Sastra Bugis klasik, “Nyili’ka buaja bulu’, patompang aje tedong”. Begini kira-kira artinya secara literer, “Saya melihat buaya gunung, (dan) bekas telapak kaki kerbau”. Lantas apa hubungannya buaya gunung dan bekas tapak kerbau dengan perempuan? Nah!, disinilah keunikan dan puitisnya orang Bugis–membenarkan pendakuan Christian Pelras dalam bukunya, Manusia Bugis. Mereka kerap menggunakan perumpamaan atau analogi yang membentuk satu kata dalam bahasa Bugis. Contohnya, buaya gunung adalah perumpamaan dari hewan macan, khas Bugis-nya menyebutnya macang, kata macan dalam bahasa Bugis hampir terdengar seperti kata macca, yang berarti cerdas.

Selanjutnya, kalimat jejak telapak kaki kerbau, zaman dulu, kita mungkin mudah menemukan jejak telapak kaki kerbau, yang hanya berupa pasir/tanah. Pasir dalam bahasa bugis disebut kessi’, yang bisa juga terdengar seperti kessing–bahasa Bugis kata cantik/elok. Jadi, secara keseluruhan, kalimat, “Nyili’ka buaja bulu’, patompang aje tedong”, bermakna, saya melihat perempuan cerdas nan elok. 

Selain itu, ada juga kriteria lain dari perspektif fisik. Lelaki Bugis melihat perempuan dari leher, hidung dan rambut. kriteria ini kita bisa dengar dari lirik lagu Bugis, “1.Allong Maggere’ tellu, 2. Inge’ Mabbulo-bulo, 3.WiluwaTetta’ Padai bombang silallung”. Nah, maksud dari lirik ini tidak membutuhkan langkah-langkah yang rumit seperti kalimat sebelumnya. Tetapi, sama saja saya kewalahan mangartikan dan mencari padanan kata yang tepat dalam Bahasa Indonesia. Along maggere tellu, kalau saya artikan secara bebas, berarti, leher terpotong tiga (tapi masa’ itu leher ta’potong tiga?heeeehee. Bayangkan mi itu kalo malam-malam ada perempuan jalan-jalan dengan leher terpotong tiga, horror toh?). Mungkin para handai taulan bisa membantu saya menjelaskan. Kalau saya sendiri pernah melihat perempuan yang memiliki leher maggere tellu, jadi paham maksudnya tapi susah mengartikulasikan dalam bentuk teks. Sama juga dengan kalimat Inge’ mabbulo-bulo, jika saya artikan: hidung seperti bambu-bambu yang menjulang dengan indahnya atau hidung imut2 menggemaskan . Nah, kalau kalimat ini : WiluwaTetta’ Padai bombang silallung, saya yakin betul dengan artinya, : rambut ikal seperti ombak yang berkejaran.

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan konteks sekarang dimana perempuan-perempuan sekarang sudah banyak yang memakai jilbab, cuma hidungnya saja yang bisa dilihat, itupun kalau dia tidak pakai cadar. Sekali lagi saya tekankan, ini cuma subyektifitas. Anda bisa kembali ke kriteria awal: yang penting cerdas nan elok menawan. Tergantung dari kalian kawan, apalagi zaman terus berubah, keelokan secara fisik juga selalu mengalami tranformasi untuk kepentingan para pemodal. 

Cara Menyet Lelaki Bugis

Itu dia kriteria lelaki bugis dalam memilih perempuan, setelah Anda mendapatkan calon yang memiliki kriteria tersebut. saatnya untuk menyet. Kata senior saya, perempuan itu tidak untuk didiskusikan, tapi untuk dimenyeti. Hehee betul juga ya?

Nah, Lelaki Bugis juga memiliki cara tersendiri untuk menyet. Lelaki bugis mengatakan kepada perempuan yang ia cintai dengan kalimat: Wata’ka Gellang Majjekko, anrena menre’ede, bali ulu bale. Proses menafsirkan kalimat ini sama dengan kalimat paling awal di atas, seperti main tebak-tebakan. Wata’ka gellang majjekko, secara harfiah berarti kawat dibentuk bengkok. Ayo tebak benda apa kira-kira yang terbuat dari kawat dan berbentuk bengkok? Jawabannya adalah mata pancing, dalam Bahasa Bugis disebut MENG. Anrena Menre’ ede, berarti makanan suku Mandar, konon makanan yang paling disukai suku Mandar adalah pisang, dalam bahasa bugis disebut LOKA. Bali ulu bale, berarti lawan/kebalikan dari kepala ikan, yakni ekor ikan, IKKO sebutan untuk ekor ikan dalam Bahasa Bugis. Jika disatukan, akan membentuk untaian kalimat: Meng-Loka-Ikko, berarti, saya mau sama kamu. Untuk memudahkan memahaminya.

Itu dia cara menyet lelaki bugis, cobalah dipraktekkan pasti berhasil. Kalau tidak berhasil alias ditolak , saya akan memberikan “Tareka baca-baca cewe” alias mantra2 agar perempuan tersebut simpati sama anda. Ilmu baca-baca ini saya dapatkan dari almarhum kakek saya di kampung. Ini resep yang dipakai dulu, sudah terbukti beliau memiliki banyak istri. Tapi harus ada syarat yang anda harus lakukan. Seperti; 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. Memberikan makanan kepada 100 orang anak yatim; 3. Perempuan tersebut tidak memiliki suami, pacar, dan odo’-odo’; 4. Anda harus Berilmu; 5. Berakhlak mulia; 6. Memiliki Harta (tanah,emas,uang,mobil, dll) untuk melamar dan menafkahi calon pasangan anda; dan terakhir yang ke-7. Ini syarat yang paling menentukan : anda harus Tampan. Hahaha…

Kalau kalian sudah memenuhi syarat tersebut, silahkan hubungi saya untuk mendapatkan “tareka baca-baca cewe”.. heheeeee. Semoga bermanfaat.

@Lahangnge (Pustakawan Rumah baca Philosophia)

2 komentar:

  1. Hehehe iseng iseng ka saja seperti apa kata malebbi, karena beda beda persepsinya org org..
    Setelah membaca artikel ini, berhasil membuat saya tersenyum senyum tidak jelas, hahaah
    Artikelnya menarik sekali..

    BalasHapus
  2. Allong maggere' tellu itu maksudnya lehernya ada tiga garis yang membekas

    BalasHapus