Reformasi Dirahim POLRI ( Dalam Rangka Memperingati HUT POLRI ke- 63)
Hari Ulang Tahun Bhayangkari ke-63 merupakan suatu hal yang mungkin saja berbeda ataupun tetap stagnasasi di tubuh POLRI. Upacara yang dilaksanakan kemarin pun berbeda seperti biasanya, yang tahun sebelumnya diluar gedung Outdour kini dibungkus dengan atraksi ,kegiatan yang berada dalam gedung indoor agar kelihatan sedikit elegan, eksklusif, rapi, sopan dan menandakan bahwa POLRI sudah melakukan perubahan. Tapi ini hanya merupakan sekedar seremonial acara rutinitas setiap tahunnya tak ada perubahan yang signifikan, keramahan, senyuman dan reformasi adminitrasi hanya salah satu solusi itupun tidak menyentuh substansialnya. Citra “ negative ”yang melekat di masyarakat tak akan luntur jika reformasi POLRI hanya tataran teoritis semata dan juga tidak menyentuh hal yang substansial.
Menurut saya perubahan yang paling pertama diberlakukan oleh POLRI jika memang punya niat untuk berbenah diri yakni dari rahimnya (tempatnya dilahirkan) metode perekrutan yang bersih / menghilangkan budaya nepotisme, tak bisa dipungkiri dan sudah menjadi rahasia umum, sampai saat ini untuk menjadi anggota POLRI harus membayar puluhan juta, jika tidak keberhasilan untuk masuk hanya sekian persen itupun juga harus mempunyai orang dalam yang pangkatnya lebih tinggi. Ini berarti seseorang yang masuk ke kesatuan POLRI bisa dianalogikan tanam saham. Bayar puluhan juta untuk masuk dengan harapan 2 atau 3 tahun depan uang tersebut akan kembali bahkan bertambah. Pertanyaan yang muncul kemudian darimana uang tersebut didapatkan sedangkan gaji POLRI sekarang tidak memadai. Nah, inilah mengapa sering terjadi , sogok menyogok dijalan , pungutan liar dengan casing keamanan, biaya plus –plus urus surat – surat di kantor kepolisian dan masih banyak lagi yang sering dialami dan merugikan masyarakat.
Kedua mengubah sistem pendidikan/pelatihan, yang dilatih tidak hanya menitik beratkan pada fisik tapi juga kecerdasan intelektual, emotional dan spiritual. Ini sangat baik jika melakukan pengamanan terhadap masyarakat khususnya jika terjadi demonstrasi, kerusuhan ataupun kejahatan. Bukan Cuma badan atau fisiknya yang besar tapi Jiwa dan kecerdasannya juga harus besar.
Ketiga, KAPOLRI harus tegas dalam menindaki anak buahnya yang bermasalah tanpa tebang pilih dan semuanya harus dimulai dari Pimpinan yang memberikan contoh dan perilaku yang baik terhadap bawahannya. Banyak kasus yang dilakukan oleh oknum polisi tapi hukuman yang diberlakukan tidak sesuai dengan pelanggarannya bahkan ada yang tidak ditindaklanjuti.
Terlepas dari hal diatas tak bisa dipungkiri juga bahwa salah satu penyebab yang memberikan kontribusi besar terhadap image” negatife “ kepolisian adalah gaji POLISI yang masih rendah. Disini perlu peran pemerintah untuk menyelesaikan masalah financial tersebut agar fokus reformasi POLRI dalam hal perekrutan dan penegakan hukum berjalan maksimal. Masyarakat sangat membutuhkan POLRI sesuai dengan fungsi dan tugasnya bukan musuh masyarakat tapi pengayom masyarakat. Semoga Reformasi POLRI bukan cuma Utopia belaka tapi merupakan suatu keharusan yang berpihak pada nilai kebenaran dan keadilan demi terwujudnya masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera.
Kamis, 02 Juli 2009
Reformasi Dirahim POLRI ( Dalam Rangka Memperingati HUT POLRI ke- 63)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar