Daftar Blog Inspirasi

Sabtu, 08 Agustus 2009

Ohh..Blunder dalam... KKN


Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa KKN tidak ada gunanya

Ada juga yang mengatakan bahwa KKN hanya menghabiskan waktu, tenaga dan uang

Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa KKN hanya sebagai formalitas untuk bisa menyelesaikan study. Seandainya bukan karena formalitas tersebut maka ndak usah capek-capek untuk mengikuti KKN. Kata seorang teman..

Ketika muncul anggapan seperti diatas, maka muncul pertanyaan kunci …

Tentang siapa yang harus disalahkan

Apakah mahasiswa yang gagap dalam memahami realitas dengan menggunakan ilmu yang dimilikanya

Apakah yang salah adalah tempat atau lokasi pelaksanaan KKN, misalnya instansi yang tidak mampu memberikan bimbingan kepada anak KKNnya atau lokasi desa yang didatangi yang tidak member respon posotif atas kedatangan anak KKN..atau

Apakah birokrasi kampus yang gagal mengelola atau mendesain format yang ideal dari KKN

Karena memang tak dapat dipungkiri bahwa salah satu akar masalah KKN sekarang ini adalah karena KKN hanya di jadikan sebagai proyek oleh beberapa pihak kampus. Dimana mahasiswa dipaksa untuk membayar uang yang cukup besar dengan rincian anggaran yang tidak realistis. Selain itu uang pembayaran juga senantiasa naik setiap tahun. Sehingga sangat memberatkan mahassiswa.

Karena pihak kampus (baca:birokrasi) pasti tahu betul masalah KKN yang sering terjadi

Misalnya: untuk KKN profesi, dimana banyak mahasiswa yang ternyata disuatu kantor hanya disuruh bikin teh atau foto copy berkas kantor. Ada juga yang hanya datang main game, datang cerita dan menemani pegawai kantor untuk bergosip, mungkin gosip tentang Manohara atau yang lain yang lagi hangat.

Sedangkan untuk KKN Reguler Beberapa blunder yang sering terjadi adalah:

*Pulang balik lokasi KKN dan Makssar

Masih seringya peserta KKN pulang balik sebagai salah satu bukti ketidakseriusannya KKN. Karena bagaimana bisa menyelesaikan semua program KKN dengan baik kalau tidak fokus dalam prosesnya. Serta bagaimana mampu merefleksikan ilmu kampus secara maksimal kalau waktu KKN lebih banyak habis untuk perjalanan pulang balik.

*Tidak berakhlak

Selain itu terkadang ada juga peserta KKN yang turun kelapangan atau masayarakat tapi perilakunya sungguh sangat tidak layak untuk dicontoh. Mereka tidak datang dimasyarakat untuk memberi bimbingan atau pendampingan sebagai kaum intelektual atau orang kampus. Tapi justru memberi kesan negatif atau bahkan menjadi bahan tawaan atau cerita masyarakat desa. Bahkan lebih parahnya, bisa jadi masyarakat akan mengambil kesimpulan yang berlebihan (over generalisasi) bahwa tidak ada gunanya anak disuruh kuliah karena ternyata cara berpikir dan perilakunya tidak menjadi lebih baik, bahkan tambah rusak ketika pergi sekolah ke kota dan meninggalkan orang tua di kampung.

Ketika hal tersebut betul terjadi di lapangan, maka bisa dipikirkan betapa besar dosa agama maupun dosa sosial yang teman-teman peserta KKN telah lakukan.

*Mati kiri

Mati kiri juga menjadi salah satu penyakit kronis beberapa peserta KKN, dimana mereka turun kelapangan tujuan utamanya bukan untuk menguji ilmu kampusnya atau berbuat sesuai dengan salah satu perintah tridarma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Tapi justru terjebak dengan godaan material. Yang kalau penulis meminjam istilah Rhoma Irama”bunga desa” dalam salah satu lagunya yang cukup legendaris.

Siapapun tak ada yang dapat memungkiri bahwa perasaan mencintai kepada lawan jenis adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia normal. Karena hal tersebut adalah fitrah dari sang pemilik cinta (Allah SWT). Yang menjadi persoalan kemudian adalah apakah kita mampu mempertimbangkan etika dan konteks dalam implementasi dari rasa tersebut atau tidak.

Karena ketika turun kelapangan tujuan utamanya adalah untuk mencari lawan jenis, bukan untuk pengabdian maka bisa jadi muncul pertanyaan kunci. Apakah yang turun KKN adalah Mahasiswa (baca: Maha: besar, luas …sedangkan siswa: pelajar. Jadi mahasiswa adalah pelajar yang luas atau komprehensip ilmunya) atau bisa jadi yang turun adalah “maaf”para lelaki hidung belang. (silahkan direnungkan 10 menit sebelum anda tidur nanti)

Kita harus jujur bahwa perilaku oknum yang mati kiri di saat pelaksanaan KKN dapat mencedraii substansi dari proses KKN. Yaitu sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban intelektual.

*Ceplas ceplos dan sok cerdas

Sikap yang lain terkadang muncul di lokasi KKN adalah adanya oknum yang ceplas ceplos. Dalam artian asal bicara. Mengemukakan sesuatu bukan berdasar analisis rasional atau pertimbangan fakta tapi asal sembarang ngomong. Bahkan dengan pilihan kata yang merobek hati. Hal tersebut pasti sangat bertentangan dengan karakter mahasiswa yang katanya dewasa, rasional, objektif dll. Dengan adanya oknum seperti tersebut maka masyarakat bisa salah paham dan merasa direndahkan oleh peserta KKN. Mungkin karena merasa dari kota dan punya pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga asal ngomong dan memangdang enteng masyarakat desa.

Ketika menghadapi orang dengan karakter tersebut maka korcam(coordinator kecamatan) atau kordes(kordinator desa) atau yang diangap di tuakan atau merasa lebih dewasa dalam tim/ rombongan KKN, harus memberanikan diri untuk menegur orang yang sering ceplas ceplos tersebut. Supaya tidak memberi efek negatif yang lebih parah dari masyarakat terhadap Universitas Hasanuddin, maupun pandangan umumnya tentang Mahasasiswa.

*Mau menang sendiri

Ada juga orang yang mau menang sendiri. Selalu hanya pendapatnya yang dianggap benar sedangkan orang lain pasti salah dan butuh bimbingannya. Ini sebenarnya juga salah satu penyakit yang berbahaya dalam pelaksanaan KKN karena oknum seperti tersebut dapat memecah kekompakan tim atau kelompok.

*Aktualisasi diri yang berlebihan

Yang sering juga muncul dan berbahaya adalah orang berlebihan dalam aktualisasi diri. Dimana mereka tampil tidak pada tempatnya atau tidak kontekstual. Hal tersebut muncul karena adanya keinginan untuk dikatakan yang paling cerdas, paling cantik, paling gagah, paling beriman serta menganggap bahwa hanya dirinyalah yang layak masuk surga.

*Suka mojjo - Manja

Sikap suka mojjo sebenarnya adalah sikap yang cukup menyedihkan ketika harus dipertontonkan oleh Mahasiswa karena dianggap mereka sudah memiliki pengetahuan yang lebih di banding anak SMA atau yang tidak sempat kuliah. Hal tersebut pada hakekatnya muncul bisa jadi karena dari kecil sudah dimanja oleh orang tua, bisa juga karena telah beralih agama. Dimana agama barunya bernama Televisi. Dia berbicara, berpakain dan mengambil pilihan dalam hidupnya sesuai dengan apa yang ada dalam televisi. Meskipun terlihat menikmati hidupnya, tapi sesungguhnya telah menjadi budak dari para kaum kapitalis. Silahkan baca buku”matikan TV mu” untuk lebih lengkapnya…!!!

*Malas beribadah

Yang menjadi masalah juga biasanya adalah perilaku peserta KKN yang malas beribadah. Ketika bicara di forum atau didepan masyarakat sangat fasih. Apalagi tentang perubahan sosial atau tentang harapan hari esok. Tapi ternyata me manaj (mengatur) diri sendiri saja, seperti beribadah sudah sangat sulit. Sehinga muncul kemudian pertanyaan kunci masyarakat. Bagaimana mereka (baca: mahasiswa KKN) mau memperbaiki kami sedangkan dirinya saja tidak beres. Bagaimana mereka mau menempati janji kepada kami sedangkan janji kepada Tuhannya saja dia ingkari.

*Hedon/ gaya, suka jalan (pajokka)

Beberapa anak KKN yang memang waktu dikampus punya kebiasaan jalan-jalan ke Mall. Bahkan ada istilah”Cemol” cewek yang keseringan ke Mall. Ternyata pada saat KKN kebiasaan tersebut tetap dilanjutkan dengan kebiasaan suka jalan-jala atau “pajokka”. Sehingga agenda inti dari KKN terbengkalai. Karena sibuk tebar pesona.

Dalam kajian Filsafat Cinta. Perilaku perempuan seperti tersebut adalah perilaku yang sangat murahan. Karena memaksa diri untuk dicintai. Padahal konsep universalitas Cinta adalah jiwa senantiasa mencari sesamanya. Hakekat cinta bukan pada fisik. Tentang tema Filsafat Cinta, nanti dibahas di waktu yang lain. Atau silahkan cari bukunya di toko terdekat di kota anda.!!!

*Elitis (mungkin karena anak pejabat)

Hal lain yang dapat merusak suasana dari proses KKN adalah adanya beberapa oknum yang menganggap dirinya sebagai kelompok elit. Mungkin karena merasa anak pejabat atau pengusaha. Meskipun pertanyaan kunci bagi mereka sekiranya orang tuanya pejabat adalah. Apakah ortunya adalah pejabat yang jujur atau mungkin keruptor yang merampok uang rakyat. Sekiranya begitu maka tidak lama lagi pasti akan mendapat giliran panggilan KPK. Maka tak perlulah di banggakan sampai harus memandang enteng atau memadang rendah teman-teman KKN yang lain atau meremehkan masyarakat

Termasuk yang mengaku anak pengusaha. Karena ketika ortunya adalah pengusaha hitam atau istilah gaulnya”kapitalis lokal” maka sesungguuhnya tinggal menunggu waktu saja mereka akan di panggil juga oleh penegak hukum atau akan di hakimi oleh massa rakyat. Atas keserakahannya.

*Pragmatis

Tipikal orang yang pragmatis juga tak dapat di lupakan memberi sumbangsi negatif dalam proses KKN. Karena orang seperti tersebut hanya mau bekerja atau berbuat ketika ada keuntungan langsung yang diterimanya. Sangal sulit berbuat ketika hanya di landasi oleh keikhlasan. Setiap mengambil pilihan yang dihitungnya adalah untung rugi untuk dirinya.

************************

Yang terpenting sebenarnya dari KKN adalah bagaimana merekreasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama dikampus. Bagaimana menguji ilmu tersebut dengan mendealektikakannya (baca:memperhadapkannya) dengan realitas. Sehingga bisa mencapai kesimpulan yang lebih kuat. Atau bisa juga menghasilkan sintesa atau gagasan baru.

Karena memang proses dalam ruang kuliah tidak akan mampu untuk menciptakan sarjana yang ideal yang punya pengetahuan dan kemampuan membaca realitas sejarah, realitas kekinian maupun realitas hari esok dengan baik. Harus di sempurnakan dengan berdealektika langsung dengan dunia nyata. Sehinga kampus tidak menjadi menara gading dan mahasiswa serta sarjananya tidak menjadi penghafal teori yang terkadang sudah kadaluarsa bahkan terkadang menyesatkan.

Terakhir. Semoga proses KKN saya, anda dan kita semua bisa memberi makna tentang kebersamaan, tentang perjuangan hidup masyarakat, tentang realitas pemerintah yang terkadang masih bobrok, kaum agamawan yang ternyata masih tertidur melihat realitas bangsa dan penderitaan masyarakat. Bagitu pula dengan bisu (diamnya) kaum intelektual (kaum terdidik) dalam melihat pembodohan sistemik yang dilakukan atas perselingkuhan yang sangat mesra antara penguasa zalim dan pengusaha rakus.

Semoga dengan proses KKN ini, kita semua bisa saling memberi dan memahami .serta saling memperbaiki untuk hari esok yang lebih baik.

Maaf sekiranya ada yang kurang berkenan dari tulisan ini. ..salam

Hidup rakyat…Hidup Mahasiswa


by: KCBL

0 komentar:

Posting Komentar