Pernahkah anda melihat fenomena seseorang ( atau bahkan anda pernah mengalaminya) yang sangat menyukai atau jatuh cinta terhadap lawan jenisnya , dia rela berkorban dan apapun yang dilakukan untuk mendapatkan cinta orang tersebut tetapi ketika dia sudah mulai mendapatkannya dia sudah mulai bosan terhadap orang tersebut dan dia mencari lagi pasangan yang lebih cantik / tampan daripada sebelumnya.
Begitu pula ada seorang teman dalam hal pekerjaan dia kerap kali pindah tempat kerja dahulunya jadi penyiar, lalu pindah ke XL, lalu ke Trans Studio, terakhir informasi yg sy dapatkan kini dia kerja di Bank (Semoga beliau dirahmati oleh Allah SWT). Ketika saya menanyainya kenapa dia sering ganti job disatu sisi banyak orang diluar sana sibuk menghabiskan waktunya untuk mencari kesibukan (baca: pekerjaan). Dia mengatakan :” saya jenuh dan suka yang lebih menantang “.
Di cerita lain ada juga seorang teman yang hobinya gonta – ganti laptop dan Hp. Jika dia melihat ada keluaran/type terbaru maka dia membeli lagi walaupun hp/ laptop yang dulu belum cukup satu tahun.
Plato seorang filsuf mengatakan bahwa : “ Manusia pada mulanya akan mengejar setiap yang diinginkan dan dicintainya dengan dambaan dan harapan yang luar biasa. Namun ketika yang disukainya itu sudah ia dapatkan, maka kecintaan dan kesukaannya akan segera berubah menjadi kebosanan dan kejenuhan “.
Ibnu Arabi filosof muslim terkemuka menjawab fenomena tersebut . Kebosanan katanya, tak lebih dari gejala penolakan atas sesuatu yang tidak sempurna.atau kebosanan merupakan mekanisme spontan fitrah untuk tetap dijalan pencarian kesempurnaan sejati. Ia akan menggugah manusia untuk beranjak, bergegas mencari sesuatu yang lebih sempurna.
Jika kita ingin meraih sesuatu secara berlebihan yang sifatnya materi (tahta, uang, benda , cinta semu,dll) maka itu tidak akan ada habisnya kita akan senantiasa mengalami kejenuhan atau kebosanan. Murthada Mutahhari (salah seorang tokoh Revolusi Iran yang membantu Imam Khomeini menurunkan rezim Syah Pahlevi) menjelaskan manusia adalah maujud yang tidak dapat selamanya mencintai sesuatu yang terbatas, tidak dapat selalu bersama sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu. Manusia adalah maujud yang mencintai dan selalu mencari kesempurnaan yang mutlak, bukan yang nisbi ; artinya ia mencitai Zat Yang Mahatinggi dan Mahasempurna. Siapapun yang mengingkari Tuhan, pada hakikatnya mencari dan mencintai Tuhan ; mereka adalah manusia yang fitrahnya mendorong mencari kesempurnaan yang mutlak, hanya saja mereka salah jalan dan sesat.
Al-Quran menegaskan “Ketahuilah bahwa hanya dengan zikrullah , hati manusia dapat merasa puas dan tentram”. Al-Quran mengingatkan kita semua jangan mengira bahwa dengan harta, jabatan ,kemewahan dan sesuatu yang bersifat materi bisa membawa ketentraman dan ketenangan justru sebaliknyalah yang kita dapatkan yakni kegelisahan dan kehampaan.
Al-Quran tidak melarang kita mencari harta, jabatan, kekayaan , punya Hp , laptop, mencintai lawan jenis. Al-Quran hanya mengingatkan kita semua jika agar jangan sekali – kali menyangka bahwa harta, jabatan, kekayaan, dll dapat memberikan ketetenraman dan kesempurnaan.