Daftar Blog Inspirasi

Selasa, 11 Februari 2014

Perempuan Kolot dan Primitif

Sekian lama tidak berdiskusi dengan kekasih saya (kata istri diganti menjadi kekasih karena nada tersebut “sensitive” dilingkungan saya dan agar tidak dicap sebagai intoleran berasmara). Semalam kekasih saya memulai pertanyaan yang sifatnya historis mengenai perjalanan hidup saya. Dia memulai dengan pertanyaan “Kak katanya banyak fansTa dulu ?”. saya tersenyum sambil meraba-raba maksud dan tujuannya. “Ah, siapa bilang ”jawabku. “Ada yang memberitahukan” jawabnya. Saya tidak menjawabnya secara langsung tapi melemparkan ketawa – ketawa kecil yang berarti bisa jadi.

Dalam pemahamannya dahulu , saya lahir dari peradaban  pemuja kemewahan,kesenangan, prestice, hura-hura , materialism, apatis, pragmatism dan budaya yang menjijikkan bagi ideologinya tapi para penganut tersebut justru menganggap ideologi dan budaya kekasih saya yang menjijikkan, kolot, primitif, dan ketinggalan zaman. Dia lantas bertanya lagi, yang pertanyaannya menyentak hati saya “jadi, jika dahulu kakak tidak memiliki kesadaran dan pengetahuan pasti kakak tidak memilih saya”.  Dengan tegas saya menjawab “iya, pasti”

Karena saya tidak sadar maka saya pasti memilih perempuan yang tidak sadar juga. Konsepsi atau Kriteria perempuan ideal saya dibentuk sedemikian rupa oleh kekuatan Modal dan Media Massa. Kebanyakan perempuan sekarang Tidak sadar kalau dia bergerak bukan karena kesadarannya , ia bergerak secara linear saja, hanya mengadopsi realitas yang ada diluar dirinya. Segala bentuk kehidupan yang lagi mapan dilumatnya tanpa filteralisasi lagi. Keinginan untuk berbody langsing , kulit putih mulus, memakai baju ketat, celana ketat, jual paha, seksi ,gadget ,Android, mobil  dan segala bentuk citraan lainnya menjadi kebutuhan perempuan kini. Menurut Lacan keinginan akan pencitraan itu yang kemudian menjadi kebutuhan diproduksi oleh mesin-mesin hasrat manusia.

Yang dipentingkan perempuan adalah bagaimana dia bisa disanjung atau menjadi bahan gosip oleh lelaki, bagaimana ia bisa menjadi artis idolanya, atau bagaimana ia bisa bisa memakai produk-produk baru yang tentunya berkelas dan bermerek. MembeIi barang bukan karena fungsi tapi image/citra. Itulah hebatnya kapitalism tak hanya bersemayam di produksi tapi juga dikonsumsi, dengan ganas melindas kebutuhan untuk dijadikan keinginan dan makhluk itu tentunya tidak mengenal usia, pekerjaan, dan jenis kelamin. Pria seperti saya yang juga termakan rayuan iklan dan sinetron kurang lebih sama dengan perempuan.

Kekasihku melenyapkan khayalanku lagi dengan sebuah pertanyaan “Jadi, sama siapa saya harus berterima kasih sehingga kakak bisa menjadi seperti ini atau karena kesadaran dan pengetahuan tersebut sehingga kita bisa berdua ditempat ini ?”

Tuhan memiliki banyak cara untuk “membagunkan umatnya dari tidur” yang pasti kesadaran dan pengetahuan itu tidak didapatkan seperti  membuat dan memakan mie instan yang sudah jarang kita konsumsi itu (Mungkin omzet penjualan indomie mengalami penurunan setelah kami memutuskan untuk tidak sering mengkomsumsinya) sama halnya ketika Tuhan mempertemukan kita, Dia punya cara sendiri. Selain kepada Tuhan jika ingin berterima kasih , berterima kasilah pada lembaga kemahasiswaan yang senantiasa mengajak warganya untuk terus berproses, belajar, berkhidmat dan menyembah nilai-nilai universal.

*
Nb: ada dua catatan penting pertama, yang manakah yang dimaksud dengan perempuan kolot,primitive dan ketinggalan zaman, apakah perempuan yang memamerkan bentuk lekukan tubuhnya  dengan casing style/mode atau perempuan yang menutupi auratnya tanpa terlihat bentuk tubuhnya (karena ada juga yang memakai jilbab tapi ketat dan penuh gaya, kadang tidak bisa dibedakan ini pakai jilbab atau lagi akupuntur)?. Apakah perempuan yang lebih memperhatikan dan merawat tubuhnya ketimbang jiwa dan akalnya?Kedua, kepada saudara kami yang menganggap kami intoleran berasmara . Siapa sebenarnya intoleran , jangan – jangan anda yang intoleran dalam kesendirian.!!!

14m 10022014

2 komentar:

  1. sangat menarik. gaya bahasa dan muatan yang baik. hanya saja, penggunaan tanda baca banyak yang kurang tepat.

    BalasHapus