Sudah yang kedua kalinya sy menulis catatan kecil yg diangkat dari tontonan sy di tv . Sebelumnya dengan judul "Bupati Gorontalo Berkantor Gerilya" dari acara Kick Andy . Jika produsen biasanya membuat film berdasarkan inspirasi dari novel/ buku maka sy menulis berdasarkan inspirasi dari tayangan TV seperti halnya yang dilakukan oleh penulis buku N.H.Kleinbaum yang menulis buku berdasarkan film "Dead Poets Society" yang diproduksi tahun 1989, Tapi perbedaan yang sangat jauh dari karya Kleinbaum tersebut adalah ini hanya coretan biasa.
Beberapa hari lalu sy melihat salah satu program yang ditayangkan oleh stasion tv swasta Metro tv. Mata Najwa kini menampilkan episode “ Sang Pendobrak “, nara sumber yang hadir pada malam itu adalah Anas Urbaningrum , Anis Baswedan dan Sandiago s. Uno. Tiga tokoh muda tersebut yang menjadi sasaran dari pertanyaan – pertanyaan “menusuk” yang dilontarkan oleh Najwa Shihab. Anas Urbaningrum sebagai tokoh muda politik yang kini menjabat sebagai ketua umum Partai Demokrat. Anis Baswedan sebagai tokoh intelektual civil society kini menjabat sebagai Rektor Paramadina dan direktur riset pada The Indonesian Institute, pria yang berusia 41 tahun ini terdaftar sebagai “ 100 Intelektual Publik Dunia”. Sandiaga S. Uno tampil sebagai tokoh Pengusaha Muda, dia mempunyai punya besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia dan masuk sebagai orang terkaya ke-29 di Indonesia versi Forbes.
Ada beberapa perbincangan yg masih ter save di benakku dari perbincangan tokoh tersebut :
• Anas >> Bagi kaum muda, ketika sudah memilih sesuatu maka bertanggung jawab penuh terhadap pilihannya itu dengan tekun, dengan serius, dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
• Anis >> Muda itu karena usia, dengan kemudaanya ia membawa gagasan baru. Bila pemimpin muda hanya menonjolkan kemudaanya maka tak berarti. Orang muda menjadi menarik itu ketika membawa ide baru, gagasan baru, inspirasi baru dan membawa perubahan yang sifatnya positif.
>>IPK yang tinggi akan membawa anda
• Sandi >> Bagaimana merubah mindset daripada kaum muda apabila keluar dari sekolah itu bukan menyiapkan resume tapi menyiapkan bisnis plan dan menciptakan lapangan kerja bukan mencari lapangan kerja.
>>Mempunyai harapan bahwa Indonesia harus mempunyai kemandirian ekonomi dan percaya bahwa suatu saat ekonomi kerakyatan akan menjadi tolak punggung dari negeri ini.
Setelah ditanya oleh Najwa apa persamaan dari mereka ?, ternyata ada tiga persamaan yang dijawab dari masing – masing tokoh muda tersebut.
1. Mereka sama – sama berjuang dari bawah dan sama – sama mantan “aktivis kampus” .
2. Mereka semua “entrepreneur” mempunyai ketekunan, keseriusan dan tanggung jawab.
3. Mempunyai Harapan.
Rasanya ada kurang dari tokoh yang ditampilkan pada acara tersebut , Negara kita juga membutuhkan tokoh ulama muda yang juga peduli terhadap rakyat bukan Cuma pandai berceramah di mesjid tapi pandai melawan penguasa dzalim, bukan ulama yang hanya bisa membuat umatnya menangis ( dzikir massa) tapi mengeluarkan umatnya dari masalah yang ditimpanya.
Dari perbincangan tersebut kini menambah keyakinan dari pergulatan hati saya selama ini. Bahwa jika ingin menjadi pendobrak (memberikan kontribusi terhadap Negara), kecil kemungkinan untuk melakukan perubahan apabila pilihan menjadi “pegawai /karyawan biasa” menjadi pilihan utama . Kini saatnya anak muda diberikan pilhan yang nyata untuk lebih kreatif dan pastinya 3 tokoh muda tersebut suatu saat akan jadi tua juga , maka pertanyaan yang muncul kemudian siapakah nantinya yang akan menerima “tongkat estafet” tersebut ????????
Seperti episode sebelumnya , program tv tersebut ditutup dengan “AYAT –AYAT MATA NAJWA” :
• Ayat pertama : Kita butuh politisi pemimpin yang mau dan mampu bukan yang tergantung restu.
• Ayat kedua : Kita perlu intelektual pemimpin yang punya hati nurani bukan hanya sederet gelar dari luar negeri.
• Ayat ketiga : Kita ingin ekonom pemimpin yang peduli dengan kondisi pasar tradisional bukan cuma pemerhati pasar saham saja.
• Ayat keempat : Kita tidak mau pemimpin transaksional yang ahli jual beli kekuasaan tetapi yang transformatif alias paham masalah-masalah kerakyatan.
• Ayat kelima : Kita tak sudi pemimpin yang berdasi, berjas, masuk keluar hotel mewah tapi yang rajin menyapa rakyat sembari menyingsingkan kedua lengan kemeja.
• Ayat keenam : Kita menunggu sang pendobrak yang bukan dengan gagah mendobrak meja atau pintu tapi yang benar-benar berani mendobrak korupsi.
• Ayat ketujuh : Kita mendambakan “penggembala sapi” yang bekerja sejak pagi sampai siang dan menutup pintu kandang.
• Ayat kedelapan : Kita merindukan kedatangan pemimpin bukan pemimpi.
0 komentar:
Posting Komentar