Daftar Blog Inspirasi

Kamis, 22 Juli 2010

Burung - Burung Mencari Raja Sejati

Fariduddin Attar merupakan salah seorang penyair sufi yang paling berpengaruh di Persia. Dalam karya utamanya, Mantiq al - Thayr (Musyawarah Burung), Attar mengumpamakan macam – macam watak manusia dengan beragam jenis burung. Semua burung ini sama2 bertujuan mencari raja sejati (Tuhan) yang bernama Simurgh. Perjalanan mereka harus melewati tujuh lembah yg melambangkan tujuh keadaan yang pasti dilalui oleh manusia: Pencarian, Cinta, Pemahaman, Pelepasan, dan kemerdekaan , Kesatuan , Ketakjuban, dan terakhir kematian.

Di lembah pertama, semua burung menemui seratus kesulitan yang menindih. Mereka harus menemui banyak ujian saat mencoba melepaskan diri dari apa yang mereka kira sebagai berharga dan mengubah keadaan mereka. Begitu berhasil, mereka dipenuhi dengan kerinduan yang meluap – luap.





Di lembah kedua, burung – burung itu meningggalkan nalar demi cinta dan, dengan kesiapan mengorbankan seribu hati, melanjutkan pencarian mereka untuk menemukan Simurgh. Saat memasuki lembah ketiga , Semua pengetahuan duniawi yang perrnah mereka miliki kini tak lagi berguna. Ada pemahaman baru yg sama sekali berbeda sehingga mereka tertimpa kebingungan untuk membedakan baik dan buruk. Sesuatu yg sebelumnya dianggap baik, seperti harta benda dan takhta, kini terlihat begitu menjijikkan.

Lembah keempat adalah lembah pelepasan diri dan kemerdekaan, yakni kemerdekaan dari hasrat untuk memiliki dan keinginan untuk menemukan. Tiba – tiba burung – burung itu merasa seperti lolos dari kurungan kecil dan membesar seluas alam semesta. Dalam keadaan baru itu, dunia fisik terlihat kecil seperti percikan api dan gajah tak bisa dibedakan dari semut.


Ketika memasuki lembah kelima, barulah burung – burung itu menyadari bahwa kesatuan dan keberagaman sama saja. Dan, yang lebih penting, mereka menyadari bahwa Allah berada diatas kesatuan, keberagaman , dan keabadian. Memasuki lembah keenam, burung – burung itu langsung pingsan menyaksikan keindahahn Allah. Mengalami keindahan mutlak secara langsung membuat mereka mendadak bodoh, tak mengerti apa – apa, dan tak bisa berbuat apa –apa. Bahkan mereka tidak lagi menyadari keberadaan diri mereka masing- masing. Inilah lembah kematian yang mereka masuki, yakni keadaan tak mengenali diri sendiri dan sirna dalam keindahan mutlak Sang Ilahi.

Di akhir perjalanan , rupanya hanya tersisa tiga puluh burung yang sampai di singgasana Simurgh. Akan tetapi, tak ada Simurgh di sana. Pengurus kerajaan membiarkan burung – burung itu cukup lama sampai mereka sendiri akhirnya menyadari bahwa mereka itulah Si (tiga puluh) Murgh (burung).

Semua orang berlomba – lomba untuk menuju Simurgh (Tuhan), jika mereka sungguh – sungguh mencari dan mengarungi berbagai kesulitan dan tantangan hidup maka dia akan bersama Allah. Dan mudah – mudahan kita semua dapat mencapai lembah ketujuh tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar