Daftar Blog Inspirasi

Rabu, 26 Juni 2013

Jebakan Gramedia dan Es Cream

liputan bisnis.com
Hari ini pertama kali saya pergi ke mall yang terletak tak jauh dari rumah baca philosophia . Maksudnya , pertama kali pergi berdua dengan perempuan. Itu pun karena istri saya mempunyai kegiatan di tempatnya ia ‘berbagi’, ia tak senang dengan kata ‘bekerja’ atau ‘mengajar’ makanya ia ganti dengan kata berbagi. Hal ini saya ketahui ketika kami berada pada fase ‘berkomunikasi’ sebelum menuju maghligai pernikahan. Ia berbagi di salah satu lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia Timur. Ia sangat patuh terhadap lembaga itu karena jika terlambat datang diacara tersebut akan dipotong gaji seratus ribu, begitu katanya.

Kami tak lupa mengunjungi Om Gramed , hanya satu tujuan kami kesana membeli buku yang paling diminati umat muslim. Buku istimewa ini akan kami jadikan kado pernikahan untuk sahabat saya yang telah menikah 10 hari yang lalu. Baru kami sempat membelikan kado karena baru ada rezeki lagi. Memang, kami baru belajar menata cash flow keluarga kami dan permasalahan yang kami alami adalah sama-sama mempunyai sensitifitas sosial yang tinggi sehingga sangat mudah dana mengalir ,konsukwensinya selalu hampir defisit.

Om Gramed memang punya magnet yang luar biasa tapi saya tetap konsisten untuk fokus pada tujuan dan berusaha tidak melirik kekiri ataupun kekanan demi menyambung hidup (seolah ada malaikat di samping kanan membisikkan “kondisi keuangan kamu terbatas dan INGAT ‘kau sudah tidak bujang lagi’”. 

Tapi bukan namanya corporation jika tak mempunyai strategi besar, Om Gramed berusaha menjebakku dengan skema yang sangat sistematis, pertama, memasang novel rantau 1 warna trilogi ahmad fuadi di dekat kasir (ia tahu jika saya belum meniduri buku tersebut) .kedua, sengaja menyediakan tempat transaksi yang terbatas sehingga pengunjung antri untuk membayar sehingga saya mau tidak mau mencari aktivitas untuk menunggu antrian, parahnya handphone saya kehabisan energi. Saya pun tergoda untuk membaca buku “rantau 1 muara” tapi hanya bagian belakangnya saja dan ternyata kalimat akhir dari sinopsis buku itu “ Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan…. ” mantranya kali ini “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan). Saya pun meletakkan buku itu di tempatnya semula dan sesuai dengan hikmah dari buku itu konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan. Saya senyum senyum sendiri, hampir saja masuk dalam perangkapnya. Kali ini Om Gramed gagal dan seharusnya segera mengevaluasi tim Marketingnya karena memasang perangkap sekaligus panduan untuk terlepas dari perangkap.

 Istriku menunggu di dekat pintu dan kami bergegas keluar. Ia hendak mampir ditempat komunitas SLANKERS Makassar yang tak jauh dari rumah Om Gramed, ia memperkenalkanku dengan Bang Gaffar ketua SLANKERS Makassar,Bang Gaffar beserta istrinya menyambut kami dengan ramah.Mereka menjual pernak –pernik mengenai SLANK disana. Memang sebelum mengenal istri saya, ia sudah lama aktif di komunitas tersebut. Kami hanya sebentar disana, memilih untuk pulang agar tidak di cap lagi “tawaf”. 

Beberapa tahun lalu (sebelum mengenal ‘buku’ dan ‘diskusi’) ,Di lorong mall ini saya pernah iri melihat pasangan se usia saya yang pacaran bergandeng tangan menelusuri sudut sudut modernitas dan bergumam kapan saya bisa seperti mereka? . Istri ku mengaburkan Lamunan dengan mengandeng tangan kanan saya, ia ternyata membaca lamunan itu. Perlahan saya lepaskan tangannya sambil mengingatkannya untuk menjaga “toleransi berasmara” dan setahu kami walaupun sudah halal sebaiknya tidak mengumbarkan kemesraan.
brendacynthiaa.blogspot.com
Kami melewati beberapa toko yang memajang jajanannya.sebelum sampai pintu keluar saya memberitahukan ke istri saya jika di dekat pintu sana ada mahasiswa saya menjual es cream. Istriku menanggapinya dengan sangat positif dan dia ingin dibelikan . Saya pun mengiyakan dengan asumsi membantu mahasiswa tersebut agar jualannya laku dan harganya seperti es cream pada umumnya. Ketika sampai di tempat es cream, penjual itu kaget dan keluar dari tempatnya untuk menyalami saya. Ini istri saya mau beli es cream, Tanyaku. Iya pak, silahkan dilihat menunya (sambil menunjuk keatas) mau rasa apa, jawabnya. Kami berdua sempat terdiam dan terbelalak melihat harga yang tertulis. Saya memilih satu sekrup dengan harga yang terendah diantara yang tertera.Itu pun , harganya bisa dapat satu buah buku atau tiga kali makan untuk kami berdua.Walaupun penjual itu menambah satu sekrup free (mungkin termasuk gratifikasi ya..) tapi tetap mengacaukan tata kelola keuangan kami.

Saya meminta dua sendoknya yang berukuran seperti jari kelingking, berterima kasih dan secepat meninggalkan tempat itu untuk menumpahkan tawa yang sedari tadi tertumpuk.

Hidup ini memang lucu dan indah.

(maaf, belum sempat diedit. Karena editornya masih sibuk jadi tata bahasanya, penulisan, dll masih kacau2)
Fitri’am 16062013

0 komentar:

Posting Komentar