Sebelum menulis dan menerbitkan catatan ini , pergejolakan dan kegelisahan menghantui hati saya, apakah catatan ini kuterbitkan di media internet ini atau tidak. Sebelum menjawab kenapa kegundahan hati tersebut mengalami demikian ,sy akan mencoba memaparkan kisah yg kualami sebelumnya.
Setelah hampir dua tahun menggunakan facebook ,Selain manfaat yg umum seperti silaturahmi dan komunikasi. Ada beberapa hal kenapa sy tetap bertahan memanfaatkannya walaupun sempat mengalami kejenuhan ;
* Komitmen u/ “berfacebook mendidik ” melawan arus dominasi status seperti: lagi makan bakso nyam…nyam, Makan Pizza dua Potong….dll (Bergenre konsumeris) …, Capek dari main fitness huff, lagi menuju Bandara , lg ngampus , lg di Jakarta,dll (Bergenre Aktivitas), My Darling , kenapa tdk pernah sms aku, I Luv U beb, (Bergenre “Cinta”).. dan genre - genre lainnya. Dari semua status tersebut tdk ada yg salah bahkan sy pun biasa nulis status2 tersebut tapi menurut sy alangkah baiknya jika orang2 juga sekali – kali mengetik status yg sifatnya mencerahkan atau mengirim informasi dan berita melalui tautan.
* Tempat belajar, selain belajar menulis untuk menuangkan ide – ide ke catatan , juga aktif membaca catatan teman – teman yang ada di facebook. Dan pastinya juga diskusi2 sm teman – teman yg ada di dunia maya walaupun tidak kenal didunia nyata tapi terasa sangat akrab.
Kemarin sempat mengganti foto profil di facebook, nah disanalah awal mulanya kegundahan hati ini muncul , apakah mengganti foto profil (yg telah di edit) bukan merupakan sifat Riya karena ingin di puji dan disanjung , begitu pun juga apabila sy mengetik status bijak (sok bijak), puisi, kutipan, Do’a , dan status lainnya yg berbeda dengan status2 pada umumnya dengan mengharap banyak yg menyukai memberi komentar dan memberi jempol. Hatiku selalu berkata: “ apakah ini termasuk riya atau bukan?”.
Ingin kembali mengganti foto profil yg lebih sederhana , tapi sama saja jika niatnya mau dianggap sebagai orang sederhana.
Begitu pula jika mengupload foto2 yg berada di tempat2 unik, daerah lain, hasil editan, foto tertampan, termanis, dan sebagainya yg bisa membuat orang terkesima dan menyukai.
Sama halnya juga ketika menulis catatan di facebook , berharap banyak agar orang yg membacanya memberi komentar , jempolan ,apalagi jika ada yg minta u/ di share. Sungguh… Apakah ini riya , menarik hati kepada orang2 dan memperoleh penghargaan dan penghormatan.????
Tapi, setelah melakukan perenungan ternyata niat yg suci tersebut masih ternodai dengan sifat Riya. Menurut Imam Khomeini Riya adalah tindakan menampakkan atau menonjolkan amal – amal saleh, sifat – sifat terpuji atau akidah yang benar demi memperoleh kekaguman dalam hati orang banyak dan dikenal di antara mereka sebagai orang baik, mustaqim (orang yang lurus) , jujur, dan taat, tanpa niat untuk Allah yang sejati. Tokoh penggerak Revolusi Iran ini kemudian melanjutkan beberapa tahap Ria :
1. Ria dalam keimanan,
2. Ria dalam perbuatan ,dan
3. Ria dalam ibadah
Sungguh ini sangat berat untuk dijalani , apalagi aktivitas sehari – hari yang dijalankan Kerap kali kuterjebak tipuan setan dalam tahapan – tahapan ria yg dipaparkan oleh Imam Khomeini. Apabila bertemu dengan orang yang berilmu dan beriman tubuh ini langsung berubah jadi tawaddu(rendah hati). Ketika menghadiri acara diskusi ,ingin tampil selalu untuk berbicara/ berdebat dengan menggunakan bahasa – bahasa orang awam tidak memahaminya. jika selesai melaksanakan shalat jamaah dengan memperpanjang do’a dan dzikir seolah – olah sangat khusyuk (mengganggap dirinya paling beriman). Masih banyak lagi sifat – sifat ria yg aku baru sadari telah menyukutukan Allah. Yazid ibn Khalifah meriwayatkan dari Imam Al –Shadiq bahwa “ Riya (ria) dalam segala bentuknya adalah syirik. Sesungguhnya orang yang berbuat sesuatu demi manusia balasannya ada pada manusia dan orang yang berbuat demi Allah balasannya ada pada Allah.
Ampunilah hamba-Mu ini Ya Allah! Bantulah dan lindungilah makhluk-Mu yang tanpa daya ini , yang telah terjangkit penyakit sombong , gila pujian , serakah terhadap kekuasaan serta kehormatan dan lindungilah kami dalam perjalanan berbahaya sepanjang liku – liku labirin gelap ini , Wahai yang Mahakuat dan Mahakuasa.
Mataku terbenam dan pikiranku terhanyut merenungi nasihat Imam Khomeini :”Hai Sahabatku, carilah reputasi dan nama baik di hadapan Allah. Cobalah menarik hati makhluk dengan pertama kali menyenangkan pemilik semua hati. Bekerjalah demi Allah semata- mata, maka Allah Yang Mahakuasa, selain akan mencurahkan pelbagai rahmat dan kemuliaan ukhrawi , Dia juga akan memberikan pelbagai kemuliaan kepadamu di dunia dan menjadikanmu dicintai oleh para hamba-Nya. Dia akan meninggikan kedudukanmu dan mengangkatmu di kedua alam sekaligus. Satu – satunya yang harus kau kerjakan adalah mengikhlaskan hatimu sepenuhnya untuk berjihad dan bersusah payah dan menyucikan batinmu sehingga segala perbuatanmu akan menjadi suci dan tidak tercemar oleh rasa cinta dunia dan benci kepada sesamamu. Hadapkanlah wajahmu semata – mata karena Allah, beningkan ruhmu dan hilangkan noda – noda ego dari dirimu…….”
Tulisan yang mencerahkan....terima kasih sudah mau berbagi.....saya mengikuti tulisan2 anda, keep on writing ;)
BalasHapus