Daftar Blog Inspirasi

Rabu, 27 Juni 2012

Dahulukan Pertolongan Diatas Fiqh

Berusaha mencoba belajar menulis di media maya, kisah atau kejadian yg dialami (Terinspirasi dari Novel Madre karya dee).

Tadi sore dalam perjalanan pulang, setelah meregangkan otot - otot di kolam renang bukit baruga aku memilih jalan alternatif untuk menghindari macet. Ketika memasuki perumahan yang cukup sepi dengan jalanan yang tak begitu mulus, seorang perempuan dengan tinggi kira-kira sebahuku menyapa "Pak, bisa numpang kedepan" sapa perempuan itu dengan sedikit senyum walaupun aku tahu senyum itu keluar  innatural. aku berpikir beberapa detik dan melewati perempuan itu dengan jarak kira-kira 7 meter.

"Iye, silahkan" jawabku sambil menoleh kebelakang.

Kenapa aku menunda dan berpikir beberapa saat ?
karena tak biasanya motor scorlack(Scorpion Black) sy ditumpangi oleh perempuan yang bukan muhrimnya (maksudnya pemilik motornya).Karena yang aku pahami dalam kepercayaanku bahwa ada batas/hijab antara laki-laki dengan perempuan yang non muhrim jadi  berusaha sedini mungkin untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan muhrim,bukankah dengan membonceng perempuan berpotensi untuk bersentuhan. Aku bukanlah alim, ustadz apalagi orang suci.Aku cuma berusaha menjalankan fiqhNya walaupun aku sering juga melanggarnya ketika bersalaman  dengan keluarga atau teman lama .Itu aku langgar karena faktor sosial.

Sama juga dengan perempuan yang meminta tolong ke aku, aku memilih untuk memboncengnya sampai kedepan karena diwajahnya yang putih itu terdapat simbol yang menandakan bahwa ia kelelahan berjalan. Lagipula didaerah itu jarang ada kendaraan umum yang ia bisa tumpangi.

untuk mengisi kekeringan diatas motor,aku mencoba untuk memulai percakapan
"Dari manaki,kenapa bisa sendiri jalan?".
"kenapa -kenapa" jawab perempuan itu  (kemungkinan suara motor  dan angin,membuat  pertanyaan yang aku lontarkan samar -samar baginya).
jadi kuulangi "Dari manaki,kenapa bisa sendiri jalan?" .
"oh.. dari bandaraKA" . terihat dari pakaiannya ia kerja disana. Tak habis pikir perempuan yang selesai bekerja pulang dengan kendaraan umum yang membutuhkan waktu kurang lebih satu jam,setelah itu bejalan kaki berada ditempat ini.
"Jadi setiap hariki begini" memberi pertanyaan lagi.
"tidak, biasanya ada yang jemput" jawabnya.
Hanya dua pertanyaan dengan  jawaban singkat, dan tak lama akhirnya  ia minta turun diperempatan jalan sambil berucap terima kasih pak. Perempuan itu tak jauh dari umurku , tapi kenapa ia memanggil dengan sapaan Pak ? Aku baru sadar ternyata ada rambut-rambut kecil yang menempel di atas bibirku.heee..

Perjalanan pulang aku diterpa angin sepoi-sepoi yg mengingatkanku pada  adegan film "Dibawah lindungan Ka'bah" yang diadaptasi dari novel Buya Hamka. ketika hamid menolong zainab yang tenggelam  disungai dan segera memberikannya napas buatan. Menurut orang dikampungnya serta guru-gurunya itu melanggar adat dan agama makanya hamid diasingkan kedaerah yang sangat jauh dari kampungnya. Sekali lagi aku hanya teringat, bukan berarti kejadian yang kualami ini sama dengan kisah hamid dan zainab. Bahkan menurutku kualitasnya sangat jauh dari kisahku.

Dari kisah yang kualami ini ,aku berkesimpulan bahwa fiqh semestinya kontekstual . Kang jalal dalam bukunya "dahulukan akhlak diatas fiqh" kalau aku "dahulukan pertolongan diatas fiqh".(maaf, belum sempat diedit, jadi masih banyak salah2)

1,4M
10052012

0 komentar:

Posting Komentar