Berusaha mencoba belajar menulis di media maya, kisah atau kejadian yg dialami (Terinspirasi dari Novel Madre karya dee).
Tadi
sore dalam perjalanan pulang, setelah meregangkan otot - otot di kolam
renang bukit baruga aku memilih jalan alternatif untuk menghindari
macet. Ketika memasuki perumahan yang cukup sepi dengan jalanan yang tak
begitu mulus, seorang perempuan dengan tinggi kira-kira sebahuku
menyapa "Pak, bisa numpang kedepan" sapa perempuan itu dengan sedikit
senyum walaupun aku tahu senyum itu keluar innatural. aku berpikir
beberapa detik dan melewati perempuan itu dengan jarak kira-kira 7
meter.
"Iye, silahkan" jawabku sambil menoleh kebelakang.
Kenapa aku menunda dan berpikir beberapa saat ?
karena
tak biasanya motor scorlack(Scorpion Black) sy ditumpangi oleh
perempuan yang bukan muhrimnya (maksudnya pemilik motornya).Karena yang
aku pahami dalam kepercayaanku bahwa ada batas/hijab antara laki-laki
dengan perempuan yang non muhrim jadi berusaha sedini mungkin untuk
tidak bersentuhan dengan yang bukan muhrim,bukankah dengan membonceng
perempuan berpotensi untuk bersentuhan. Aku bukanlah alim, ustadz
apalagi orang suci.Aku cuma berusaha menjalankan fiqhNya walaupun aku
sering juga melanggarnya ketika bersalaman dengan keluarga atau teman
lama .Itu aku langgar karena faktor sosial.
Sama juga
dengan perempuan yang meminta tolong ke aku, aku memilih untuk
memboncengnya sampai kedepan karena diwajahnya yang putih itu terdapat
simbol yang menandakan bahwa ia kelelahan berjalan. Lagipula didaerah
itu jarang ada kendaraan umum yang ia bisa tumpangi.
untuk mengisi kekeringan diatas motor,aku mencoba untuk memulai percakapan
"Dari manaki,kenapa bisa sendiri jalan?".
"kenapa
-kenapa" jawab perempuan itu (kemungkinan suara motor dan
angin,membuat pertanyaan yang aku lontarkan samar -samar baginya).
jadi kuulangi "Dari manaki,kenapa bisa sendiri jalan?" .
"oh..
dari bandaraKA" . terihat dari pakaiannya ia kerja disana. Tak habis
pikir perempuan yang selesai bekerja pulang dengan kendaraan umum yang
membutuhkan waktu kurang lebih satu jam,setelah itu bejalan kaki berada
ditempat ini.
"Jadi setiap hariki begini" memberi pertanyaan lagi.
"tidak, biasanya ada yang jemput" jawabnya.
Hanya
dua pertanyaan dengan jawaban singkat, dan tak lama akhirnya ia minta
turun diperempatan jalan sambil berucap terima kasih pak. Perempuan itu
tak jauh dari umurku , tapi kenapa ia memanggil dengan sapaan Pak ? Aku
baru sadar ternyata ada rambut-rambut kecil yang menempel di atas
bibirku.heee..
Perjalanan pulang aku diterpa angin
sepoi-sepoi yg mengingatkanku pada adegan film "Dibawah lindungan
Ka'bah" yang diadaptasi dari novel Buya Hamka. ketika hamid menolong
zainab yang tenggelam disungai dan segera memberikannya napas buatan.
Menurut orang dikampungnya serta guru-gurunya itu melanggar adat dan
agama makanya hamid diasingkan kedaerah yang sangat jauh dari
kampungnya. Sekali lagi aku hanya teringat, bukan berarti kejadian yang
kualami ini sama dengan kisah hamid dan zainab. Bahkan menurutku
kualitasnya sangat jauh dari kisahku.
Dari kisah yang
kualami ini ,aku berkesimpulan bahwa fiqh semestinya kontekstual . Kang
jalal dalam bukunya "dahulukan akhlak diatas fiqh" kalau aku "dahulukan
pertolongan diatas fiqh".(maaf, belum sempat diedit, jadi masih banyak
salah2)
1,4M
10052012
Rabu, 27 Juni 2012
Dahulukan Pertolongan Diatas Fiqh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar