“Tolong di doakan agar izin cuti sy dikabulkan” begitu kalimat yg tertera di HP kami, 5 hari sebelum kedatangannya.
Sudah
2 tahun lebih kami tidak bertemu , kami tak tahu pasti apa maksud
kedatangannya tapi yg kami bisa tangkap bahwa ia datang untuk bertemu
dengan kami . Apakah ia datang untuk melepas kerinduan atau kehangatan
. Jika ia,pastinya bukan rindu yg didefinisikan sinetron diluar sana
namun kedatangannya membawa aroma yang sudah lama hilang diantara kami.
Tak ada yang berubah darinya. Sifat keibuan masih selalu melekat
padanya. Ketika berdiskusi , style ketulusan dan semangatnya masih
membara. Masih teringat dibenak kami 4 tahun lalu ,Dibawah terik
matahari dengan scrap berwarna hijau sambil memegang Toa ia berorasi
melaknat para pedebah – pedebah senayan beserta para fir’aun2 yg ada
di negeri ini. Dijalanan ia “keras” namun ketika berkumpul dengan kami
(adik2nya) penuh kelembutan melayani keperluan kami agar kami selalu
belajar . Selama dikampus ia abdikan hidupnya untuk mengurusi
orang-orang yang “bermasalah” termasuk kami. Bahasa dari seorang kawan .
ia beserta kakak2 lainnya yang telah menarik kami dari lembah kehinaaan
atau kegelapan.
Empat hari waktu yang begitu singkat bagi
kami untuk membalas kebaikannya yang tak ternilai itu. Yang kami
sesalkan karena kami tidak memaksimalkan pengkhidmatan kami dalam waktu
empat hari tersebut.
Banyak hal yang kami dapatkan dari
curhatan - curhatan kami dan sebelum berangkat ke kampung halamannya ia
berpesan agar selalu semangat , ikhlas dan berani mengambil keputusan
dalam menjalani hidup.
Ini bukan nostalgia tapi entahlah kami juga tak bisa mendefinisikannya .
Terima Kasih .
Mohon Maaf atas kekurangan kami.
Semoga esok2 ia dapat meluangkan waktunya lagi berkumpul bersama Kami.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan Kasih sayang-Nya kepadanya
11042012
Rabu, 27 Juni 2012
Catatan Singkat: Ini Bukan Nostalgia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar