Bulan ini akhir pendaftaran wisuda jika tidak menyelesaikan proyek
ini, itu artinya aku sudah tiga kali melewati proses yang bagi orang
“sacral” tetapi bagiku “aneh” karena memakai baju yang aneh dan upacara
yang aneh .Peserta diwajibkan memakai pakaian yang gombreng dengan topi
segi lima ditambah kain berwarna yang mirip selendang. Entahlah, apa
maksud semuanya itu,toh aku tidak pernah mendapatkan penjelasan atau
makna pakaian dan acara seremonial yg aneg tersebut. Yang aku tahu
selain ka’bah, disanalah (gedung BarugaA.P. Pettarani) tempat yang
diidam – idamkan mahasiswa unhas untuk membawa kedua orang tuanya.
Memang , kedua orang tuaku sudah aku ajak kesana. Tapi kali ini mereka
meminta kembali . aku juga pusing padahal mereka sudah berfoto denganku
sambil memakai baju gombreng(baca:baju toga) dan foto itu sudah
dibingkai serta dipajang di ruang tamu. Setelah kurenungkan ,ternyata
aku sudah offside(kelebihan semester) dikampusku ,itu berarti biaya
kuliah akan dikeluarkan lagi dari Kas keluargaku yang semakin menipis
,sementara bapak sudah pensiun .(Dasar anak tdk tahu diri;gumamku )
Ada beberapa penjelasan mengenai kenapa sampai saat ini belum selesai – selesai (penelitian) juga.Pertama, Membayar dosa masa lalu.Ketika
masih menyelesaikan skripsi dulu, aku mengangkat tema penelitian yang
terbilang masih baru , karena keterbatasan objek penelitian dan
referensi serta waktu dan biaya akhirnya aku memilih banting setir
memilih judul “sejuta umat” padahal ketika itu aku sudah selesai ujian
proposal. Konskwensinya idealisme bergeser ke pragmatisme dan kepuasan
intelektual tidak terpenuhi walaupun bergelar sarjana. Nah, berangkat
dari itu aku sudah berjanji dan bertekad akan menggantinya ketika kelak
diberi izin dari sang khalik untuk mencicipi kampus yang kedua kalinya.
Alhamdulillah Doa tersebut dikabulkan dan sementara ini masih proses
penyelesaian. Aku tahu, hasil karya kita dikampus itu tidak dihargai
tapi bagiku ada kepuasan tersendiri yang tak dapat diukur dengan uang.
Teman – temanku memilih bahwa tesis adalah 10 kumpulan tesis menjadi
satu. Dosen penguji pun juga acuh tak acuh .Jadi, jangan heran klo
banyak tesis setara dengan skripsi bahkan masih berkualitas skripsi yang
dibuat oleh mahasiswa yg juga “betul2” membuat skripsi.
Kedua , Tidak Fokus.
Tidak konsentrasi dalam menyelesaikan penelitian ini karena disebabkan
pekerjaan walaupun tidak sulit ,namun dituntut untuk membaca buku –
buku yang tidak sesuai dengan penelitianku. Disamping itu ada juga
beberapa kegiatan ,teman – temanku menyebutkannya “proyek tengkyu” tapi
itu bagiku “proyek Tuhan”.
Ketiga Kurang referensi.
Judul yang aku angkat kali ini membutuhkan referensi yang banyak karena
metode penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif. Dan
aliran/Mazhab yg besar dikampusku menganut paham paham Cartesian
Newtonian atau kuantitatif jadi susah mencari dosen yg bisa diajak
sharing2 serta hasil penelitian yg bergenre sama. Keempat, Aturan Birokrasi.
Selain pengurusan surat persuratan yang rumit dan lama terjadi di
pemerintahan ternyata dikampusku juga sama . Aku membutuhkan banyak
surat izin penelitian karena setiap tidak ditanggapi oleh perusahaan
maka aku ganti lagi. Issu yg aku angkat dalam penelitian ini memang
“sensitive” bagi perusahaan jadi wajar aja kalau sering ditolak.
Kelima, Mood. Inilah
faktor yang paling berpengaruh ,jika diregresikan maka hasilnya positif
dan signifikan dengan R 60% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Jika
si mood itu bisa beli maka aku akan membelinya,heee. Mencari
“irama” yg pas untuk mengerjakan penelitian ini memang sangat sulit.
Atau karena tidak ada yang mengingatkan atau memotivasi yaa..heee.
Godaan diluar untuk melakukan gerakan- gerakan tambahan sangat dahsyat.
Seperti nonton Tv, ngenet,ngumpul2,diskusi2,futsal,renang,rapat2,dll.
Mungkin juga membuat catatan /tulisan ini adalah godaan penghambat
,Tidak. Aku menulis ini hanya mengeluarkan pikiran2,khayalan2 dan
perasaan2 yg tersimpan agar memacu aku lagi untuk menulis dan
menyelesaikan penelitian ini serta beban – beban itu keluar. Karena
menurut seseorang pakar, menuliskan perasaan2 kita akan membantu kita
menghilangkan stress. Semoga teori ini terbukti.Amin.
Nah,
kegalauan inilah yang membuat hari-hariku terasa suram, ingin cepat2
mengakhiri “pertempuran” ini agar bisa fokus ke Philosophia dan agenda –
agenda yang menyangkut masa depan.
Mohon Doa nya…
semangat, kanda..
BalasHapussemoga diberikan kemudahan oleh-Nya..