Sebelum suara adzan maghrib berkumandang disegala penjuru kota Makassar
aku harus tiba dikampus agar bisa bersiap-siap untuk memulai profesi
yang aku tekuni tersebut. Dengan mengendarai motor bebek berwarna biru
keluaran tahun 2001 aku melaju ikut ambil bagian bersama pengendara
lainnya melewati jalanan aspal yang tiap tahun diperbaiki oleh
pemerintah. Aku heran kenapa jalanan tersebut cepat rusak, mungkin ini
namax mark up (mengurangi kuantitas atau kualitas komponen materi) yang
berlebihan atau bisa juga klo jalanannya tahan lama maka para kontraktor
– kontraktor plat merah akan kehilangan pekerjaan.
Pernah suatu ketika melewati jalanan berlubang dengan
kecepatan lumayan memacu adrenalin ,aku hampir terjatuh dan hampir
menabrak gerobak bakso .untunglah pada saat itu aku masih bisa
mengendalikan “keliaran si blue” namun salah satu baut subreker
belakangnya lepas sehingga membuat aku berjalan dan mendorongnya mencari
bengkel. Si blue ,itu identitas yg aku panggilkan walaupun aku
terkadang kurang berakhlak kepadanya , ia terkadang mandi ketika saat
hujan tiba . Kawan – kawanku sering menertawakannya dan mengatakan “
jika ditempelkan jagung , maka jagung tersebut akan tumbuh” saking
banyaknya tanah yang menempel.
Setelah melewati 3 lampu merah (lampu lalu lintas)
Tampak sebuah gedung menjulang tak terlalu tinggi , berlantai empat
,berbentuk minimalis diantara rumah – rumah penduduk. Disanalah aku akan
berakting. selain menguasai materi yang disampaikan ,dosen juga harus
pintar –pintar berakting agar dapat menghidupkan suasana kelas yang kaku
dengan sedikit guyonan. Masih sedikit mahasiswa yang datang ,memang aku
datangnya cepat 1 jam lebih jadi aku putuskan untuk menunggu diruangan
dosen yang agak berjauhan dengan meja – meja dosen senior. Sambil duduk
aku memperhatikan meja dan kursi para dosen senior, kekakuan meja itu
mengingatkanku pada peristiwa 2 bulan kemarin “kala itu ,selesai rapat
semua dosen – dosen kembali beraktifitas masing-masing ,aku berjalan
didekat salah seorang dosen kira2 umurnya 10 tahun lebih tua dari aku,
aku memberikan senyuman tanda perkenalan namun aku tak dihiraukan
,hampir 4 kali setiap aku bertemu dgn ia aku selalu menularkan senyuman
namun anti virus senyumnya lebih kebal dari virusku. “ mungkin ini efek
tak ada perkenalan yg dilakukan oleh pengelola kampus. Aku tak tahu
dengan alasan apa , aku beserta teman – teman dosen seangkatanku tak
diperkenalkan dengan dosen – dosen senior.
Sampai saat ini ketika bertemu dan berpapasan dengan
mereka aku hanya melemparkan senyum hangat tanpa bicara, kadang dibalas
dengan senyum tipis, kadang juga dengan tatapan lurus seolah tak ada
orang didepannya. Nasib sama yg dialami oleh teman seangkatanku ketika
hendak memulai percakapan dengan salah satu dosen senior , dia malah
dicuekin seolah tak ada orang didekatnya. Aku akui usiaku jauh lebih
muda dari mereka,minim pengalaman,masih seumuran jagung tapi bukan
berarti aku tak layak jadi dosen seperti mereka. Pernah hatiku bergumam
dan mengikuti ajakan syetan yg sok jago “jika ada perlombaan ,aku berani
kok beradu ketangkasan dengan mereka”.Aku heran ternyata di dunia
akademik seperti ini masih ada sekat – sekat dan egosentris yang
bermain.Padahal salah satu alasan aku juga memilih profesi dosen karena
aku ingin menggali ilmu sebanyak – banyaknya denga cara berdiskusi,
bertukar informasi, berdialek dan belajar dengan mereka karena mungkin
saja mereka punya perspektif atau pengetahuan lain yang tak aku dapatkan
di almamaterku”.Teriakan muadzin menyudahi lamunanku.
Moncong menara mesjid bertakbir , langit mulai gelap
.gemuruh kendaaraann mahasiswa berdatangan berlomba mencari tempat
parkir yang aman. Aku berjalan menuju mushollah yang berukuran 2x4
untuk bercinta bersama pemilik Cinta. Mushollah itu hanya diperuntuhkan
untuk karyawan dan dosen walaupun mushallahnya tak istimewa tapi bagiku
ini simbol bahwa ada jarak antara mahasiswa dengan dosennya . Setelah
pertemuan yang sedikit khyusu’ itu, aku membaca kembali buku – buku
untuk menyegarkan pikiran. Dilantai dua,ruangan B13 puluhan mahasiswa
telah menunggu, pertemuan kali ini aku persiapkan dengan nonton film
dokumeter karena tema malam ini adalah etika bisnis dan tanggung jawab
sosial perusahaan. Tema yang sangat penting menurutku namun karena
tuntutan kurikulum yg tak jelas hanya dibahas satu setengah jam saja,
oleh karena itu aku harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu yang
diberikan .Karena mereka adalah calon – calon pemimpin – pemimpin baik
oraganisasi profit maupun non profit yang akan berpotensi membangun atau
merusak bangsa Indonesia.
Sengaja aku mengorek dompet untuk membeli speaker kecil
agar proses pembelajaran ini berjalan efektif. Melalui layar proyektor
aku putarkan film documenter yang aku dapatkan dari kawan – kawan walhi.
Agar proses menontonnya berjalan khidmat,aku matikan lampu ruangan
kelas.Film pertama yg aku putarkan yaitu “bye..bye.. buyat” kejahatan
PT. Newmont. Mahasiswa dgn tenang dan seksama melihat satu satunya sinar
segi empat menempel didinding yang berada di ruangan itu setelah
sebelumnya aku memberikan pengantar agar memperhatikan baik-baik dan
nanti akan dilanjutkan diskusi mengenai film tersebut . “Apa yg anda
tangkap,apa pendapat anda ,apa kritikan anda dan paparkan gagasan anda
mengenai film ini nanti” kataku dengan sedikit serius sebelum lampu
kupadamkan.
“Film ini didedikasikan untuk korban PT.Newmont dan
korban pertambangan skala besar lainnya” Tulisan awal yang terpampan
didinding bercahaya itu.kemudian disusul seorang anak kecil yang duduk
sambil bernyanyi dengan suara lucu dan kalimat tak sempurna sesuai
umurnya “Nyuwmon – nyuwmon dah rakusss ,diam-diam nenindas , talau tidak
ditutup atu tertemar terusss”. Terdengar suara ketawa kecil – kecil
dari mahasiswa.
Tulisan satu persatu huruf times new roman ukuran 14 yang berlarian dari kiri kekanan pada layar terpampan.
“6 November 1986 PT. Newmont Minahasa Raya dan pemerintah Indonesia
menandatangani kontrak karya untuk konseensi pertambangan emas seluas
402.748 ha selama 30 tahun di ratatotok, Minahasa selatan- Sulawesi
Utara ” kemudian muncul peta lokasi pertambangan PT. Newmont yang
diawali peta Indonesia, lalu pulau Sulawesi berbentuk K ,diperkecil lagi
gambar ujung atas kanan huruf K ,sehingga Nampak lokasi pertambangan
tersebut. di slide selanjutnya lagi tertulis dengan deretan dan
kecepatan huruf yg sama “Tahun 1988-1994. Bersama aparat keamanan,
Newmont mengambil alih tanah rakyat secara paksa dan merusak tanaman
milik warga Ratatotok” diselingi foto – foto pengrusakan tanaman dengan
mobil alat berat tertulis lagi “17 November 1994 . Dukumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PT.Newmont ditetapkan tanpa
melibatkan secara penuh bahkan mendapatkan persetujuan Warga Buyat
Pantai dan Ratatotok”.
i'am 16122012..Bersambung....
0 komentar:
Posting Komentar