Daftar Blog Inspirasi

Kamis, 29 Desember 2011

Jangan Paksa Aku Jadi PNS ( a novel)

“Nak, kemarin saya ketemu dengan mamanya si abi, katanya Abi sudah 6 bulan yang lalu selesai kuliahnya” Kata Ibuku ketika aku lagi membaca surat kabar diberanda dirumah . “Terus kenapa Bu?” Dengan dahi mengkerut, aku balik tanya.  “Kan kamu bersamaan kuliahnya” jawabnya dengan suara datar. “Iya Bu, Tapi diakan dikampus swasta yang prosesnya berbeda dengan kampusku” jawabku dingin. “Lalu si ical sahabat kecilmu  yang juga se almamater dengan kau ,sudah lulus. bahkan ia sudah mau daftar PNS bulan depan” seolah menekan. “Ibuuu, dia kan beda fakultas dengan saya, dia di fakultas dewi keadilan aku di fakultas adamsmith,kurikulumnya beda, dosennya beda, gelarnya juga beda donk buu” Berusaha menjelaskan dengan tenang padahal mengelak. Itu sentulan awal yg aku ingat  dari ibuku di musim liburan kemarin, “memaksa” aku agar cepat menyelesaikan kuliah.

Namaku Lahangngeh, Aku lahir di kampung yang tak begitu terkenal kecuali kasus yang memilukan dan menggetarkan sulawesi selatan  khususnya di kabupaten chemistry pada tahun 90an,. Ketika itu umurku masih berusia 12 tahun, masih berpakaian putih merah . Ada sebuah jenis koperasi yang dapat melipatgandakan uang dalam waktu singkat, koperasi itu bernama KOSPIN (Koperasi Simpan Pinjam). Hampir dipastikan 75% penduduk dikampungku ikut berinvestasi dikoperasi tersebut bahkan warga diluar kabupaten  chemistry banyak berbondong – bondong meraup untung di KOSPIN itu. Semua kelas sosial terlibat tak pandang bulu, PNS, pengusaha, pejabat, polisi, militer, guru, penjual ikan, penjual sayur ataupun  tukang becak yang penting punya uang minimal 500 ribu silahkan bergabung, ada yang menjual emasnya, tanahnya, empangnya (tambak ikan/udang), kebunnya dan semua harta tak bergeraknya dijual untuk menanamkan modalnya dikoperasi tersebut demi mendapatkan uang yang lebih besar dari investasinya.Sangat menggiurkan ,Dalam jangka waktu satu bulan uang yang di investasikan bisa kembali dengan berkali – kali lipat.

Aku masih ingat  pemandangan yang sudah lumrah bagi masyarakat, uang yang ditaruh dalam karung diatas mobil truk dalam jumlah banyak bertumpuk – tumpuk seperti karung tumpukan beras raskin pembagian pemerintah. Para kuli mengangkat dan menaruh tumpukan uang tersebut persis perlakuan ketika mengangkat karung beras.  Bahklan Uang yang berkarung – karung itu diangkut dengan memakai alat transportasi becak. Semua kejadian itu terekam olehku, karena tetanggaku adalah seoarang distributor(perantara antara pemilik dengan nasabah). Pemilik KOSPIN ketika itu yang aku kenal hanya Dua yaitu suparman dan supardi. Namun Na’as, Kospin itu tak bertahan lama. Koperasi yang dipimpin oleh suparman dan supardi mengalami kebangkrutan dan membuat kekacauan yang luar biasa, kemarahan, kerusuhan, penjarahan, demonstrasi yang dilakukan para nasabah menyebabkan  kelumpuhan total pada Kota Chemistry . Aku beserta nenekku sampai – sampai diungsikan ke pelosok desa tempat lahir kakek nenekku. Koperasi tersebut banyak membuat orang gila karena harta benda seperti tanah, kebun dan lain sebagainya lenyap seketika demi mencapai impiannya, hal tersebut diperparah lagi karena suparman dan supardi lari entah kemana dan tidak bertanggung jawab mengembalikan uang nasabah. Semua media baik cetak maupun elektronik meliput kasus tersebut. Bulan perbulan,tahun ke tahun akhirnya kasus ini mulai dilupakan oleh masyarakat walaupun hingga saat ini masih banyak uang masyarakat yang belum dikembalikan dan menurut kabar miring terdengar suparman dan supardi masih bebas diluar sana.

Aku anak pertama dan terakhir dari keluarga yang perekonomiannya sedang – sedang saja ,tak seperti yg diceritakan oleh sinetron anak orang miskin dengan tekad dan usahanya menjadi kaya atau  anak orang kaya karena kesombongannya menjadi miskin. Pastinya aku diluar scenario sutradara atau pengarang .Aku sendiri juga tak tahu nasibku esok –esok apakah akan menjadi dari orang sedang2 saja lalu menjadi orang kaya atau sebaliknya.

Saat ini aku sudah semester tujuh di Fakultas Adamsmith Universitas Negeri Sultan Privat. Sebuah kampus terbesar dikawasan Indonesia Timur yang jarak dari tempat kelahiranku +_ 150 kilometer . Karena jaraknya begitu jauh aku memilih tinggal dirumah saudari ayahku di kota macazzar wilayah kampus itu berada  . Disana aku cuma bertahan satu semester,ada perasaan yang tidak menyenangkan jika berada dirumah sana.bukan karena tanteku beserta keluarganya tidak ramah tapi label mahasiswa yang identik dengan “kebebasan” tidak aku dapatkan dirumah sana. Jadi semester selanjutnya aku memilih tinggal bersama sepupuku yang jarak rumah dari tanteku Cuma 25 meter.
“Rumah Rotiii,.Rumah Roti..tuunnn,,tuunnn,,,”..
“Sayurr..Sayurrr..Oooiiiiii sayuuuur”..
”Ikaaaang..Ikaang sambaluuuu”.
 Terdengar dari luar rumah teriakan para pedagang pagi – pagi sudah berusaha merayu para pelanggannya. “sial,aku terlambat shalat subuh lagi” ucapku ketika  mendengar teriakan tersebut . Terlambat bangun subuh adalah penyakit yang aku berusaha berantas namun tak juga berhasil. Aku bisa antisipasi jikalau tidurku cepat namun jika begadang,ada tugas atau ada rapat sampai tengah malam maka bisa dipastikan aku bangun jam enam pagi.

Hari ini ada rapat bersama pengurus lembaga mahasiswa  Membahas minimnya fasilitas kampus dan pelayanan akademik. Makanya aku harus siap –siap.

Matahari pukul 09.00 telah berada diposisi yang telah ditentukan pencipta-Nya. Nampak sebuah gubuk kecil diapit oleh bangunan tinggi.Digubuk itulah terdapat belasan orang dengan berbagai warna akan mewarnai dunia ini. “Bismillahirrahmanirrahim..Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh..Salam perjuangan kepada kita semua” Dengan suara serak –serak, Lompo selaku ketua BEM membuka rapat  didampingi oleh okku sekretarisnya. “Bagaimana kawan – kawan ,saya pikir kita sudah tahu maksud kita berkumpul diruangan ini dan tak hanya keluarga mahasiswa yang merasakan ketidakberesan  pimpinan fakultas ini namun kita sendiri juga merasakan hal yang sama. Sebelum saya persilahkan kepada kawan-kawan untuk mengeksplorasi masalah – masalah yang ada dikampus,saya persilahkan dulu  sekretaris saya saudara okku untuk memaparkan keluhan – keluhan yang dilontarkan oleh beberapa mahasiswa”.  Lompo menggerakkan kepalanya 30 derajat ke kanan sambil mengangkat sedikit tangan kanannya sebagai symbol mempersilahkan okku untuk berbicara.

“Terima kasih kawan Lompo” okku memulai percakapan dengan senyum khasnya yang menimbulkan dua lubang kecil di masing- masing  pipi kiri dan kanannya. “selama tiga tahun kepemimpinan Pak Buricci kita belum merasakan dampak perubahan yang nyata , begitupula setelah kita melakukan riset kecil terhadap mahasiswa mengenai kinerja kepemimpinan Pak Buricci, Saya beserta tim kecil  mendapatkan beberapa point yang perlu kita bahas bersama –sama” ungkap okku dengan gerakan tangan.

Okku mengeluarkan lipatan kertas kecil dari sakunya, kembali ia berbicara “Point pertama adalah minimnya buku – buku perpustakaan, bagaimana kita bisa melihat dunia melalui jendelanya kalau buku – buku diperpustakaan sangat sedikit itupun sudah usang” dengan volume suara yang mulai menanjak. “Dosen  akhir-akhir ini sudah malas masuk mengajar, bahkan ada yang datang cuma absen dan memberi tugas kepada mahasiswa, setelah itu mereka lenyap ditelan mobilnya”.

Bersambung....
i'am   19122011

0 komentar:

Posting Komentar